Sabtu, 12 Maret 2016

Childhood Thing

Ini entah kenapa, tetiba pengen buka Youtube terus kebukanya link Power Ranger. Terus, berusaha inget-inget jaman TK sampe SD kelas 6 yang masih setia nungguin episode Power Rangers terbaru di TV setiap hari Minggu jam 9 pagi (atau setengah 10, saya lupa). Dan itu belum cukup, masih harus tetep cari CD-nya buat nonton every single episode biar nggak kelewat 1 episode pun. Dari mulai Power Ranger yang pertama, which is Power Ranger Mighty Morphin dengan Alpha dan Gordon-nya
Si lucu Alpha yang khas dengan "Ay ay ayyy" 


(mudah-mudahan nggak salah), sampe yang terakhr aku liat itu... hmm, saya nggak terlalu ingat urut-urutan Power Ranger, pokoknya yang saya ngerasa saya ngelihatnya udah diumur 10 tahun atau 12 tahun itu, Ninja Storm, Wildforce dan Dinothunder. And it has been maaaaanyyy years ago. Sekitar kelas 5 atau 6 SD mungkin.

I even still remember the time, when I asked my parents to buy me the mini figure of teletubbies, bcs at that time, all of my neigbours have it, and I want it too. But, after we walked around, I saw this Power Ranger's mini figure, and I told my mom that I didn't want that Teletubbies anymore, I wanted the Power Ranger one!!

My ultimate favourite will be Ninja Storm Power Ranger. Karena mereka itu more than just Rangers. Mereka keren banget. Apalagi Tori, the Blue ranger which is the only woman ranger there... dan si ganteng + konyol Dustin, ranger kuning. Dan salah satu kenapa saya paling suka sama Power Ranger ini adalah, ketika di akhir episodenya, semuaaaa musuh-musuhnya bertobat dan bergabung menjadi ranger xD bahkan ada yang jadi ranger Orange coba... hahaha

The Ninja Storm Power Ranger Squad! Sooo Ketje! (Actually miss one, agak pertengahan episode muncul 1 ranger baru, si ranger hijau)

Nah, ini juga salah satu alasan saya suka banget sama ranger ini. Mereka punya "tombol" di helm ranger mereka buat ngebuka yang bagian item-itemnya aja (nggak taulah namanya apa) dan I ddn't find it in any other Power Ranger. Sumpah lucu abis. (Btw, itu ada si ranger hijaunya)

But, overall, saya suka semuaaaa Power Ranger, mereka punya kekuatan dan keunikan masing-masing. Keren lah pokoknya, dan paling suka lagi kalau semisal di salah satu episode Power Ranger ada semacam Power Ranger reunion, jadi Power Ranger yang lama-lama kembali lagi join bareng buat ngelawan musuh Power Ranger yang sekarang, itu so sweeeet banget.


Di atas adalah video dari beberapa episode dengan Power Ranger Teams Up, atau yang tadi saya bilang dengan Power Ranger reunion. (All credits to the owner, MegaJSK123 , I don't own the video)

Jadi keinget sama jaman-jaman masa kecil yang emang tontonannya ya ini-ini aja, tapi seru abis. I still can't forget the soundtrack of Power Ranger. Sangat sangat mengena.

So, what's your childhood story?

"Once a Power Ranger, always a Powes Ranger"

Rabu, 09 Maret 2016

Tout Seul



I just got home from walking around mall and watching movies... alone. Wondering?
Well, let me tell you this, I'm kinda like a person who likes (so much) to be alone. Mungkin buat kebanyakan orang terkesan aneh, tapi justru buat aku inilah "me time" ku. Jalan-jalan tanpa tujuan sendirian, masuk toko buku, keliling-keliling sendiri, semua rak-rak buku dijelajahi and... turned out I didn't buy any (karena saya anak rantau yang kudu hemat) xD
But, well that feels SO GOOD.


But the problem is,.. some people don't see it normal. We live.. no, I live at this society who see people walking alone is a bizarre thing. Wish I can be at NYC or SG where the people don't even give a damn about you.. hehe.
Merasa risih dan terganggu sih, kalo jalan-jalan sendiri (and I literally enjoy that moment) terus ngerasa orang-orang pada ngeliatin dengan aneh. Apalagi kalau makan sendiri... oh God, hello do I bother you all guys?
Oke, apa salahnya makan sendirian? pesen meja buat 1 orang, beli makan buat porsi 1 orang. Is it really weird? DUH. Apa salahnya sendiri?

Ini bukan berarti aku gila atau penyakitan kok, ya cuman pada saat itu aku memang lagi ingin sendiri (unless aku ketawa dan nyengir-nyengir sendiri)
Being alone doesn't mean lonely, and also it's not weird or strange at all. AT ALL. And I'm not dangerous too when I'm alone. Just... I enjoy being alone. I go wherever I want without waiting or debating with anyone.

Try it. Coba deh, jalan-jalan sendirian, makan sendirian, masuk supermarket, keliling-keliling liat peralatan dapur dan elektronik sendirian, terus keluar tanpa beli apa-apa. Aman kok, yakin deh !
Jalan sendirian itu ada sensasinya... dan itu nyaman.
I do highly recommend to do that. Happy trying! Happy being alone :)

Selasa, 02 Februari 2016

Menjadi Kuat

Aku sangat berterima kasih kepada orang tua-ku yang mendidik ku hingga sekarang ini. Entah kenapa, aku sangat bangga, karena dari mereka aku bisa mengatakan bahwa aku kuat. Alhamdulilah, banyak teman-teman yang mengatakan aku wanita kuat, ya... padahal, sebenarnya... aku tidak sekuat itu.

Dulu, ketika aku masih TK, aku sempat dijuluki “gembeng” dan”cengeng” karena sifatku yang gampang menangis. Entah itu karena permintaanku tak terpenuhi, entah karena aku dijahili dan beberapa alasan sederhana lain. Mungkin karena itulah, orang tuaku mendidik dengan cara yang agak keras, supaya aku tidak tumbuh sebagai manusia yang lembek.

Aku yang dulu, dipaksa mendapat nilai bagus. Yang tidak lepas dari pukulan dan cubitan ibu karena susah makan.  Tidak jauh dari bentakan, gertakan dan jeweran ibu karena tidak mendapat nilai 100 di ulangan dan kurungan di dalam kamar jika ranking turun. Sungguh, aku tidak melihat itu sebagai suatu kekerasan atau penyiksaan, justru aku bersyukur dengan itu.

Terlepas dari itu, masa-masa di SD-ku pun juga kurang menyenangkan.
Pertama, ketika kelas 1 SD, aku (kebetulan) duduk sebangku dengan anak yang suka menjambak, memukul, dan mencubitku. Bukan karena gemas, tapi ya memang sifatnya seperti itu. Masih teringat jelas aku sering menangis di rumah, karena perilaku temanku. Ingin menceritakannya pada ibu dan bapak, tapi takut dibilang anak gembeng dan cengeng. Akhirnya aku hanya diam, sampai akhirnya orang tuaku sadar jika aku tidak sedang baik-baik saja. Merekapun meeminta wali kelas untuk memindah tempat duduk, dan sebelum itu terjadi, temanku itu.... pindah sekolah. Anugerah kah?

Kedua, ketika aku kelas 3 – 4 SD. Bisa dibilang masa-masa suram di kehidupan SD karena aku bagaikan anak kecil tak berdaya yang bisa diperalat dan diperas. Uang jajanku diambil, bekal makanan diminta, disuruh ini dan itu. Aku bagai anggota paling junior di dalam geng. Ya, dimana harus selalu mengikuti perintah sang ketua. Betapa bodohnya... membuat diri sendiri menjadi selalu takut dan gelisah. Lagi-lagi, orang tuaku mengetahuinya. Cukup menjadi besar masalahnya karena orang tuaku langsung berurusan dengan orang tua “ketua geng” dan wali kelasku. Bagaimana? Sudah cukupkah? Ternyata belum.

Ketiga, ini paling menjengkelkan. Aku selalu muak mengingat masa SD, ah mungkin tidak usah aku ceritakan. Terlalu muak. Yang jelas, hal itu membuat aku menjadi semakin was-was dengan yang namanya lelaki.

Ya mungkin pengalaman-pengalaman itulah bekal kuatku sekarang. Namun, dibalik itu, orang tuaku sangatlah baik dengan menjejaliku pengalaman-pengalaman agar aku kuat dan mandiri juga dewasa sebelum waktunya.

Dulu ketika kelas 4 SD aku sudah dipercaya untuk memegang uang saku mingguan. Di saat teman-temanku masih meminta orang tuanya sangu setiap pagi akan berangkat sekolah, aku sudah disediakan dompet. Awalnya aku bingung, tapi aku turuti saja. Dengan itu aku jadi bisa lebih banyak menabung.
Selain itu, mulai kelas 4 SD juga, aku sudah “disuruh” untuk naik angkutan umum sendiri. Entah apa alasannya. Lagi-lagi, aku hanya menuruti.
Ada 1 peristiwa, saat awal-awal kelas 5. Aku menelpon untuk dijemput pulang, tapi kata ibu aku naik angkot saja. Aku hanya “manut”. Aku asal saja menunggu depan sekolah, ada angkot lewat, aku naik dan duduk. Bodohnya aku, aku mengira semua angkot akan menuju arah yang sama. Ternyata aku nyasar.. jauh.. jauh sekali. Angkot menuju arah yang berlawanan dari rumahku. Bayangkan, anak kelas 5 SD, sendirian di angkot dan nyasar. Uang sangupun tinggal berapa... aku bingung. Untung, pak sopirnya baik... singkat cerita aku kembali bisa pulang dengan selamat. Hebatnya aku tidak nangis di jalan, tetapi saat di rumah menceritakan semua ke orang tua, sesenggukan tidak keruan, bapak ibu cuman bisa tertawa. Esoknya? Naik angkot lagi, seakan kemarin tidak ada kejadian apa-apa.

Sekarang? Aku seseorang yang bagaimana? Aku mencoba kuat. Banyak teman-teman yang bilang aku kuat. Disaat aku memamerkannya pada ibu, beliau hanya melengos dan bilang “halah, cengeng, gembeng kok kuat”  lucu ya? Ibuku masih memandang aku sebagai anak yang gembeng. Tapi jujur, memang. Di luar mungkin aku terlihat tegar. Tetapi sebenarnya, ketika aku akan tidur... aku meluapkannya dengan menangis sekencang-kencangnya. Esoknya, diam, tersenyum... seakan tidak ada apa-apa. Ya itulah aku. Menjadi kuat tidaklah gampang. Menjadi kuat butuh tekanan. Dan aku ingin menjadi lebih kuat lagi, dan itu artinya aku akan lebih banyak lagi mendapatkan tekanan.